Siapa Alvin John Winata ?

Alvin John Winata adalah, Penulis amateur dengan rambut jamur, panggilan populernya itu "BABI CHINA" dengan tangan kidal juga ia menulis, dan alergi terhadap udang. Bertekad untuk mengokilkan dunia. orang yang sangat suka kreativitas, hidupnya sangat liar dimana pun dia berada, lahir di Jakarta, karena Jakarta itu keras, campuran antara China dan Jawa. Suka sama hal-hal yang berbau aneh dan autis, serta suka musik yang beralur pelan nan syahdu. prestasi yang diagungkannya yaitu juara satu dalam lomba pintak jongkok, dan runner up manjat Sutet dekat Banjir Kanal Timur penghibur semua orang-orang yang normal dimana saja dan kapan saja, Funny, Idiot, lagi sibuk-sibuknya jatuh cinta. IDIOT BLOGGER | @alvinjw

Sabtu, 24 Desember 2011

"BERGELUT DENGAN SI HITAM(CERPEN SOSIAL 2011)[PART 1]"


“BERGELUT DENGAN SI HITAM(CERPEN SOSIAL 2011)[Part 1]”



            Ho.. ho.. ho.. Santa claus is coming town, yeah hari ini  adalah hari natal, bagi yang merayakannya, “Selamat hari suka cita ya, hari natal yang kudus”. Hari natal itu enak loh, identik dengan salju dan juga hadiah, bahagianya yang merayakan natal, yaps, bokap gue juga ngerayain natal sih karena bokap gue itu Kristen, terkadang gue juga bisa ikut merayakan natal asyiknya itu kaya naik ular putih muter-muter keliling istana awan, oh indahnya…..

            Bay the way, disini gue bukan ngebahas tentang natal, tapi ngebahas tentang cerpen sosial 2011 gue tentang isi cerpennya. Yap tepat tanggal 19 Desember 2011 kemarin gue udah ngirim cerpen sosial 2011 ini ke redaksi sastra Indonesia yang ngadain lombanya, dan ada kabar pahit kaya, ulat lagi ngambang di roller coaster.
            Bukti pengiriman:
 (Sudah ane kirim, leganya kaya orang mau kentut)

            Kabarnya adalah, waktu deadline pengiriman cerpen sosial 2011 udah habis dan gue, gue panic setengah ombak, rambut gue langsung gundul karena banyaknya uban yang tumbuh dikepala gue, dan ketek gue jadi bau basah gitu, enggak enggak gak ada hubungannya ini cuma lelucon, inget itu. Kabar sebenarnya, deadline cerpen sosial 2011 itu diundur sampai tanggal 10 Januari 2011. Yah, apa boleh buat gue harus nunggu.

            Gak usah basa-basi, kaya kura-kura ninja lagi adu panjang-panjangan kepalanya, gue post cerpen sosial 2011 itu yang berjudul, “BERGELUT DENGAN SI HITAM”. Maaf karena cerpen terlalu panjang gue buat 2 part ya, cekidooot, bekicot:




            JUDUL : “Bergelut Dengan Si Hitam”


Ini adalah curahan hati dari seseorang yang tersudut oleh cahaya malam syahdu. Sepatah kata, dua patah kata sampai seribu patah kata pun tak ada yang peduli dengan mereka, mereka yang malang, mereka yang hina dan mereka yang usang dari sebuah tempat yang fana.

            Ini juga cerita, dimana cerita 1001 malam klasik dinodai dengan dongeng-dongeng dari kerajaan. Cerita yang dilanda dengan takdir Tuhan. Takdir Tuhan yang harus mereka lewati sepanjang hidupnya entah sampai kapan. Dikertas inilah, mereka tidak bisa melihat dunia luar yang megah.

            Disuatu sudut terpojok tempat yang gemerlapan oleh kerasnya kehidupan, kerasnya dunia, dan kerasnya suatu kerikil. Sebut saja, Ibu kota. Iya Ibu kota suatu tempat yang keras bagi mereka-mereka yang tersudut itu.

            Panas, sebagian dari hal organik bagi mereka yang telah terbiasa hidup di ibu kota, itu hanya seberapa pengalaman mereka. Terik matahari yang menyinari mereka saat siang hari tak membuat mereka patah semangat.

            Dingin, suatu hal tidak asing dikehidupan mereka, dinginnya Ibu kota disaat malam menyelimuti tubuh mereka-mereka yang lemah dan tak tahu apa-apa itu. Air hujan turun, itu tandanya ada kehidupan untuk mereka, jadi mereka membutuhkan dingin.

            Kuasa Tuhan memang dahsyat, sedahsyat samudra Antalantik memacu derasnya ombak didalamnya. Mereka tidak pernah mengeluh, tidak pernah sesekali marah ataupun benci dengan keadaan yang dihadapi didalam kehidupan mereka. Iya kuasa Tuhan memang dahsyat.

            Sudut Ibu kota sudah menjadi bagian hidup mereka, lampu-lampu Ibu kotalah yang menerangi mereka, untuk tidur, makan, dan bermain. Terkecuali hanya nasib yang akan merubah pandangan hidup mereka, Nasib lah yang akan menentukan tujuan hidup mereka sampai akhir khayat mereka.

            Tuhan Tuhan, tolong bantulah hambamu itu, tolonglah mereka, genggam tangan mereka yang tidak bersalah itu. Peluklah mereka yang tidak mengetahui apa-apa didunia yang fana ini. Bangkitkanlah mereka dari kerasnya ibu kota Tuhan!

Ingat teman, ingat siapa pun semua yang membaca dan mendengarkan cerita ini. Ini kisah nyata yang ada didalam khatulistiwa negeri kita sendiri. Yap, negeri kebanggan kita semua, negeri yang disebut sebagai negeri bahari dan negeri agraris ini. Tidak lain adalah Indonesia. Ini adalah kisah nyata, kisah yang bisa kita temukan disudut-sudut ibu kota

Mereka? Sebut saja mereka itu adalah anak-anak jalanan ibu kota yang mengadu nasib dengan kejamnya ibu kota ini. Anak-anak jalanan yang tidak tahu akan celoteh orang-orang berjass hitam duduk manis disofa. Anak-anak jalanan yang tahu akan kegembiraan mereka, tertawa, bercanda, dan bergembira.

            Salah satu diantara mereka, sebut saja Ani. Ani adalah salah satu anak-anak jalanan ibu kota Jakarta ini. Langkahnya akan selalu riang kemana saja ia melangkah. Nafasnya akan selalu segar dimana saja ia singgah.

            Ani, hidup di jalanan ibu kota, dengan ibunya. Tempat tinggalnya penuh debu dan keringat-keringat ibu kota, iya di tangga penyebrangan di salah satu letak ibu kota, ia tinggal disana. 

            Setiap pagi Ani selalu bangun pagi dan mandi di MCK terdekat, untuk mandi. Selesai mandi sesekali ia bilang ke ibunya,

“Ibu, apakah aku terlihat manis pagi ini?”

“Sungguh nak, engkau sungguh rupawan”.

            Ibunya hanya bisa menghibur Ani dengan pakaian lusuhnya itu, masih untung, Ani masih punya tiga pasang pakaian lagi. Setelah Ani mandi, ia bergegas untuk mengumpulkan gelas-gelas plastik yang tergeletak dijalan, tempat sampah dan ditempat lainnya tidak jauh dari tempat tinggalnya.

            Siang hari, Ani kembali kepada ibunya untuk memberikan gelas-gelas plastik yang ia kumpulkan, cukup banyak memang tapi hasilnya tidak seberapa. Setelah itu ia melangkah ke lampu merah dengan senggenggam botol minum yang diisi butiran beras, ia terlihat sangat senang bernyanyi dilampu merah demi uang receh.

            Malam hari, Ani tidak pantang menyerah, ia terus berusaha untuk bertahan hidup dari kerasnya ibu kota. Tetapi tugas paling ringan yang dilakukan oleh Ani hanya malam hari, ia hanya melakukan duduk manis dipenyebrangan tangga yang ia tinggali dengan sekaleng kosong, terkadang orang-orang kantor beranjak pulang, dan melihat kesisi Ani, memberikan uang receh.

            Setiap hari hidup Ani seperti itu, ingat! Iya tidak pernah mengeluh dan tidak pernah mencoba untuk membenci dirinya, ibunya terkadang membantu Ani bekerja mengumpulkan gelas plastik dan mengemis.
           
Suatu hari, terjadilah kompetesi besar di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan Palembang. Kebetulan, penyebrangan tangga yang Ani tinggali dekat dengan lapangan bola, lapangan bola ini yang akan dipakai untuk para atlet bermain bola serta berlomba untuk mendapatkan sebuah medali emas pada ajang kompetensi bergengsi yang diikuti oleh sebelas Negara.     

Iya, sebut saja lapangan ini, “Stadion Gelora Bung Karno”. Letaknya di senayan, Jakarta. Ani sangat gembira sekali sejak pertama ia mendengar bahwa di stadion itu akan ada banyak puluhan ribu orang datang untuk menyaksikan pertandingan sepak bola.

            Ia berkata kepada temannya, sebut saja Mira,

“Hai Mira, kita akan dapat rezeki yang berlimpah dari Tuhan!”

“Loh, memangnya kenapa Ni ?”

“Jadi, distadion sebelah, Gelora Bung Karno itu akan ada pertandingan sepak bola, pastinya banyak sekali orang-orang yang akan menyaksikannya Mir”.

“Hmm, wah iya tuh Ni, pasti banyak yang akan menyaksikannya”.

“Bagaimana kalau kita minta-minta ditempat itu biasa lah dengan kaleng modern ini Mir?”

“Aku setuju dengan pendapatmu”.

            Malam itu Ani tidak bisa tidur, ia gelisah, dipikirannya hanya bisa berkhayal, “Apa mungkin aku akan mendapatkan uang banyak disana ?” “Apa mungkin aku akan mendapatkan apa yang aku mau selama ini”. Dia hanya bisa berdoa kepada Tuhan malam itu, yang ia lakukan hanya berdoa.

            Waktu berjalan dengan cepat, sudah empat hari pertandingan sepak bola dilaksanakan di stadion itu, sudah empat hari juga Ani, Mira dan teman-temannya bermain sekaligus mengumpulkan uang receh disana, serta juga mengumpulkan gelas-gelas plastik yang akan ia beri ke ibunya.

            “Ya Tuhan engkau menjawab semua doaku, aku bersyukur kepadamu”. Ani mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa. Karena tempat itu, penghasilan Ani bulan ini bertambah, ia dan ibunya cukup senang dengan rezeki yang berlimpah bagi mereka, tidak bagi kita-kita yang serba cukup, coba anda pikirkan itu!..

            Sudah tujuh hari kompetensi itu dilaksanakan, dan hari ketujuh ini adalah hari terakhir pertandingan sepak bola di stadion itu, iya sebut saja “Final”. Waktu itu diadakan final antara Indonesia melawan Malaysia, dimana dua negara bersaing mati-matian distadion itu. (Bersambung)…..

           

0 komentar:

Posting Komentar

Yang Ngintip Blog Idiot Ini, ada........

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Bagaimanakah blog saya menurut anda ?

Temukan Blog ini !

Powered By Blogger